Minggu, 06 November 2011

Berqurban Setiap Hari, Bukan Setahun Sekali


Berqurban Setiap Hari, Bukan Setahun Sekali
oleh : Choiruddin


 
 
Tanggal 10 Dzulhijjah 1432 jatuh pada tanggal 6 Nopember 2011 M. Berarti hari raya Idhul Adha 1432 dilaksanakan secara serempak pada tanggal 6 Nopember 2011. Alhamdulillah kali ini semua ormas Islam sepakat berlebaran qurban di hari yang sama. Hal ini diputuskan pada saat sidang itsbat Jumat, 28 Oktober 2011 di Jakarta (tempointeraktif.com, Sabtu, 05 November 2011 | 05:41 WIB).

Idhul Adha tahun ini mari kita jadikan sebagai ajang untuk meningkatkan jiwa sosial kita. Karena berqurban bukan hanya saja ibadah kita kepada Allah SWT, namun juga berdimensi sosial. Hewan qurban yang nantinya disembelih, dagingnya akan dibagikan kepada masyarakat, terutama kepada masyarakat yang berekonomi lemah.

Berqurban kita jadikan sebagai budaya, bukan sebagai momen tahunan yang dilaksanakn satu kali setiap tanggal 10 Dzulhijjah, tetapi bukan pula setiap hari membeli hewan qurban untuk disembelih. Kita jadikan momen ini sebagai ajakan dan pengingat, bahwa masih banyak masyarakat yang termasuk dalam kategori ekonomi lemah. Mereka membutuhkan bantuan dari orang - orang yang mampu. Dari sinilah diharapkan orang - orang yang mampu menjadi dermawan, menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu masyarakat miskin.

Membantu tidak harus secara langsung berupa uang atau bingkisan yang langsung bisa di manfaatkan. Lebih baik jika uang atau barang yang di shodaqohkan di manfaatkan agar masyarakat miskin tidak hanya sebagai peminta - minta, tetapi sebagai masyarakat yang kreatif.

Ibaratnya akan memancing, meraka tidak diberikan ikan secara langsung, tetapi diberikan kail dan umpan agar mereka bisa memancing ikan. Cara ini lebih kreatif dan berdampak positif dibandingkan memberikan uang / bingkisan secara langsung. Meraka diberikan modal simpan pinjam tanpa bunga, lapak untuk berjualan, pelatihan usaha kecil atau mendirikan lapangan pekerjaan.
 
Bukan berarti tidak boleh memberi secara langsung, itu sah - sah saja. Kita hanya memberi batasan agar pemberian secara langsung tersebut tidak terlalu sering. Selebihnya di manfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif.

Tetapi di Indonesia, masih banyak para dermawan yang tidak melalukan hal itu. Dermawan hanya memberikan amplop berisi uang serta bingkisan bersisi sembako, sehingga tiap tahun para peminta - mita tidak berkurang, tapi malah semakin bertambah. Secara tidak langsung memberikan uang / bingkisan secara langsung akan mendidik mereka menjadi orang yang malas karena hanya mengandalkan pemberian orang lain. Mereka akan menunggu dan mencari orang - orang yang mau memberi mereka. Jangankan bekerja mandiri, mencari pekerjaan pun mereka tidak mau karena suda ada orang yang mencukupi kebutuhan meraka.

Semoga para dermawan dapat menyalurkan shodaqoh mereka ke lembaga - lembaga penyalur terpercaya agar dapat dimanfaatkan menjadi yang lebih baik.

Kebersamaan dalam Berqurban

Kebersamaan dalam Berqurban
oleh : Choiruddin 
 
 
 
Kali ini Idhul Adha 1432 H dilaksanakan secara bersamaan. Sebagaimana di kutip dalam tempointeraktif.com Sabtu, 05 November 2011 05:41 WIB, Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa ormas Islam kompak pada Idul Adha tahun ini, disebabkan semua kriteria yang ada di Indonesia menyimpulkan hal sama.

Hal ini patut kita syukuri karena persamaan dalam pelaksanaan lebaran sangat jarang terjadi, apalagi saat Idhul Fitri. Tetapi pada saat Lebaran Qurban memang sangat jarang berbeda, misalnya pada pelaksanaan lebaran qurban tahun ini, semua ormas Islam sepakat berlebaran qurban pada hari yang sama yaitu 10 Dzulhijjah 1432 Hijriyah jatuh pada Minggu, 6 November 2011.

Perbedaan memang tidak harus menjadi perpecahan, tetapi persamaan juga belum tentu menjadikan persatuan. tetapi keduanya dapat dijadikan sebagai bahan renungan, bahwa manusia hanyalah seorang hamba yang penuh dengan kekurangan, manusia tempat dari salah dan lupa. Jadi kita jangan hanya pandai mengkritik orang lain, tapi kritik diri sendiri itu lebih baik.

Momen Kebersamaan dalam Idhul Adha tahun ini, mari kita jadikan sebagai hari berserah diri kepada Allah SWT, agar tingkat keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah. Serta bisa menggugah jiwa sosial kita untuk membanu sesama umat manusia, agar ketimpangan sosial bisa teratasi.

Berqurban, Bukan Sekedar Rutinitas

Berqurban, Bukan Sekedar Rutinitas
oleh : Choiruddin

(http://choiruddin.com)

 


Tepat pada taggal 10 Dhuhijjah 1432 H seluruh umat islam di seluruh dunia menggemakan takbir. Menyambut hari raya Idhul Adha 1432 H dengan suka cita. Alunan suara takbir menggema di langit yang menyelimuti semesta alam. Semua berjalan menuju masjid untuk melaksanakan sholat id. Menyembelih hewan qurban dan membagikan ke semua orang.

Nampak kegiatan ini menjadi rutinitas yang dilakukan kaum muslim setiap tahun. Namun adakah perubahan dalam diri seorang muslim yang melakukan rutinitas tersebut ? Adakah peningkatan keimanan dan ketaqwaan ? atau hanya menjadi hal rutin tanpa adanya makna, atau bahkan hanya sekedar gengsi untuk merayakan agar tetap di cap sebagai orang muslim ? Adakah perubahan sosial pada masyarakat sekitar ? Sudahkan qurban kita membantu kaum yang yang membutuhkan? Atau hanya membahagiakan kita sendiri ???

Berbagai pertanyaan tersebut timbul karena adanya ketimpangan sosial yang terjadi. Terutama pada saat penyembelihan dan pembagian hewan qurban, di suatu tempat sangat sedikit hewan qurban yang di sembelih, di sebagian lagi begitu berlebihan, dan di sebagian lagi tidak ada hewan qurban yang di sembelih.

Bahkan pernah kejadian di suatu desa hanya ada 1 ekor kambing yang akan di sembelih, namun warga enggan untuk menyembelih karena perbandingan jumlah hewan qurban dengan warga tidak seimbang. Bayangkan saja dalam 1 desa hanya ada 1 hewan qurban, bagaimana warga desa yang miskin bisa menikmati. Beda dengan di tempat lain yang berlebihan hewan qurbannya. Ironis memang melihat wacana sosial yang seperti itu.

Pembagian hewan qurban ke daerah – daerah yang membutuhkan perlu diperhatikan, agar pelaksanaan qurban tidak hanya menjadi rutinitas tahunan dan dinikmati oleh orang – orang yang mampu. Akan tetapi berqurban dengan sungguh – sungguh. Pemerataan penyaluran hewan qurban ke tempat – tempat yang mayoritas penduduknya miskin agar kebahagiaan berlebaran bisa dirasakan bersama. Selain itu qurban kita akan lebih bermanfaat karena membantu orang – orang yang memang layak untuk menerima hewan qurban kita.

Selain itu yang paling penting, momen berqurban dapat menambah nilai ketaqwaan dan keimaman kita di hadapan Allah SWT serta sabar menghadapi ujian dari Allah SWT. Sebagimana dialami oleh Nabi Ibrahim AS yang telah lama menggu kehadiran sang buah hati. Setelah anak beliau lahir, yaitu Nabi Ismail AS, Allah SWT menguji keimanan beliau dengan berqurban. Nabi Ibrahin diperintah untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Namun Nabi Ibrahim dengan sabar dan ikslas menjalankan perintah itu. Namun Allah menggantinya dengan hewan sesembelihan yang besar. Peristiwa yang agung ini telah diabadikan dalam Al Qur’an surat Al Shaffat ayat 102-109. Terjemahannya sebagai berikut :

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.

103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).

104. dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,

105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].

108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian,

109. (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.

[1284] Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.

[1285] Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.


Mudah – mudahan momen berqurban ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan umat muslim, tetapi mampu untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimamanan, serta meningkatkan jiwa sosial untuk menolong sesama umat manusia. Amin.

Rabu, 02 November 2011

Pulau komodo New 7 Wonder, Ambisi atau Solusi ?

Sudah menjadi pembicaraan yang hangat bahwa Pulau Komodo menjadi nominasi 7 keajaiban dunia yang baru. Pemerintah telah melakukan banyak hal, mulai dari pembiayaan administrasi sampai kampanye mendukung Pulau Komodo menjadi 7 keajaiban dunia yang baru. Namun apa sebenarnya makna di balik semua itu?

Begitu gencarnya segenap pemerintah dan masyarakat mengkampanyekan Pulau Komodo (yang saat ini masuk sebagai finalis New 7 Wonder), untuk menjadi New 7 Wonder. Pulau komodo yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia begitu membuming, layanan dukungan melalui berbagai cara berdatangan. Mulai dari SMS sampai social network gencar mengkampanyekan Pulau Komodo. Lalu sebenarnya mamasukkan Pulau Komodo menjadi New 7 Wonder merupakan ambisi sesaat atau bisa menjadi sebuah solusi untuk menangai berbagai permasalahan yang melanda negeri ??

Mungkin Anda berpikir bahwa saya terlalu jauh mengakit-kaitkan antara permasahan bangsa dengan pulau komodo, namun menurut saya sebelum melangkah jauh harus berfikir strategis dulu. Setiap tindakan disederhanakan tetapi memiliki dampak yang besar.

Tentu kita sebagai warga Negara Indonesia akan bangga jika satu lagi tempat di Indonesia menjadi ikon bangsa yang dikenal secara internasional. Keberhasilan pulau komodo menjadi New 7 Wonder tentu akan memiliki dampak ekonomi yang bagus. Ekonomi bisnis pariwisata akan meningkat serta menjadi ladang penghasilan bagi warga setempat. Devisa Negara akan bertambah dengan adanya wisatawan asing.

Namun menjaga dan merawat itu lebih sulit. Melestarikan budaya Indonesia dan adat ketimuran di tengah – tengah maraknya dominasi barat tidaklah mudah. Pulau komodo yag nantinya menjadi tujuan wisatawan international tentu lambat laun akan berdampak berubahnya tradisi budaya setempat. Kecenderungan anak muda memiliih gaya barat sulit di bendung. Akibatnya budaya sendiri akan terkikis, yang ada hanya peluang bisnis dan gaya hidup di tengan – tengah industri pariwisata yang semakin terbuka.

Semoga bangsa ini tidak berambisi sesaat dalam memperjuangkan pulau komodo, tetapi juga melihat dampak positif dan negatif masa mendatang guna penanggulangan yang efektif.

Selasa, 01 November 2011

Baca Qur’an apa baca Koran???

Rutinitas setiap hari seorang manusia tak akan pernah luput dari 2 hal, yaitu qur’an dan Koran. Lalu apa hubungannya??? Ini mungkin membuat tanda Tanya besar bagi kita.

Sebagai seorang muslim, kehidupan sehari – hari kita tak akan pernah lepas dari qur’an sebagai petunjuk kehidupan umat manusia. Qur’an sebagai simbol agama menjadi mukjizat bagi umat muslim dalam menyelami kehidupan. Namun simbol kehidupann tersebut semakin hari semakin terkikis. Zaman menuju akhir semakin banyak umat muslim yang hanya bisa membaca qur’an secara tekstual, bukan secara hakiki dalam perbuatan, atau bahkan tidak bisa membaca sama sekali.

Qur’an dibaca setiap hari oleh umat muslim, namun hanya sebagian kecil yang membaca, dari yang sedikit yang tadi, lebih sedikit lagi yang bisa memaknai dan mempraktekkan dalam perbuatan. Qur’an semakin lama semakin terkikis maknanya. Hanya menjadi simbolis umat muslim. Sebagai kebanggaan, bukan sebagai tuntunan.


Begitu juga dengan trend globalisasi yang semakin marak, Koran telah menjadi trend tersendiri dalam mencari berita. Semakin hari semakin banyak manusia yang membaca Koran. Setiap pagi dan malam warung kopi dan dimanapun itu terpajang Koran. Orang lebih mudah mengakses Koran. Koran juga sebagai layanan kenyamanan saat menunggu antrian bayar tagihan telepon dan listrik.


Mencari tempat membaca koran lebih mudah dari pada mencari tempat membaca qur’an. Hampir semua tempat ada koran, di rumah, tempat bekerja, tempat antrian, cafĂ©, dan lainnya. Namun kita hanya bisa menemukan qur’an hanya di tempat tertentu, di rumah kita (itupun kalau ada) dan di rumah Allah (masjid, musholla, langgar). Kita tak akan menemukan qur’an di warung, atau di restoran, bahkan di cafepun tak ada.


Dua fenomena diatas seakan menjadi terbalik. Dahulu orang lebih suka membaca qur’an setelah sholat, disaat senggang bahkan saat bekerjapun sempat membaca qur’an. Beda dengan sekarang, pembaca qur’an semakin berkurang, bahkan beralih membaca Koran. Lalu apa ini salah??? Ini bukan kesalahan siapa – siapa, ini hanya sekedar fenomena kehidupan dari Sang Kholik. Kita hanya patut introspeksi diri, meneliti perbuatan kita agar tidak terjerumus.
 
Penulis : Choiruddin
website : http://choiruddin.com