Minggu, 06 November 2011

Berqurban, Bukan Sekedar Rutinitas

Berqurban, Bukan Sekedar Rutinitas
oleh : Choiruddin

(http://choiruddin.com)

 


Tepat pada taggal 10 Dhuhijjah 1432 H seluruh umat islam di seluruh dunia menggemakan takbir. Menyambut hari raya Idhul Adha 1432 H dengan suka cita. Alunan suara takbir menggema di langit yang menyelimuti semesta alam. Semua berjalan menuju masjid untuk melaksanakan sholat id. Menyembelih hewan qurban dan membagikan ke semua orang.

Nampak kegiatan ini menjadi rutinitas yang dilakukan kaum muslim setiap tahun. Namun adakah perubahan dalam diri seorang muslim yang melakukan rutinitas tersebut ? Adakah peningkatan keimanan dan ketaqwaan ? atau hanya menjadi hal rutin tanpa adanya makna, atau bahkan hanya sekedar gengsi untuk merayakan agar tetap di cap sebagai orang muslim ? Adakah perubahan sosial pada masyarakat sekitar ? Sudahkan qurban kita membantu kaum yang yang membutuhkan? Atau hanya membahagiakan kita sendiri ???

Berbagai pertanyaan tersebut timbul karena adanya ketimpangan sosial yang terjadi. Terutama pada saat penyembelihan dan pembagian hewan qurban, di suatu tempat sangat sedikit hewan qurban yang di sembelih, di sebagian lagi begitu berlebihan, dan di sebagian lagi tidak ada hewan qurban yang di sembelih.

Bahkan pernah kejadian di suatu desa hanya ada 1 ekor kambing yang akan di sembelih, namun warga enggan untuk menyembelih karena perbandingan jumlah hewan qurban dengan warga tidak seimbang. Bayangkan saja dalam 1 desa hanya ada 1 hewan qurban, bagaimana warga desa yang miskin bisa menikmati. Beda dengan di tempat lain yang berlebihan hewan qurbannya. Ironis memang melihat wacana sosial yang seperti itu.

Pembagian hewan qurban ke daerah – daerah yang membutuhkan perlu diperhatikan, agar pelaksanaan qurban tidak hanya menjadi rutinitas tahunan dan dinikmati oleh orang – orang yang mampu. Akan tetapi berqurban dengan sungguh – sungguh. Pemerataan penyaluran hewan qurban ke tempat – tempat yang mayoritas penduduknya miskin agar kebahagiaan berlebaran bisa dirasakan bersama. Selain itu qurban kita akan lebih bermanfaat karena membantu orang – orang yang memang layak untuk menerima hewan qurban kita.

Selain itu yang paling penting, momen berqurban dapat menambah nilai ketaqwaan dan keimaman kita di hadapan Allah SWT serta sabar menghadapi ujian dari Allah SWT. Sebagimana dialami oleh Nabi Ibrahim AS yang telah lama menggu kehadiran sang buah hati. Setelah anak beliau lahir, yaitu Nabi Ismail AS, Allah SWT menguji keimanan beliau dengan berqurban. Nabi Ibrahin diperintah untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Namun Nabi Ibrahim dengan sabar dan ikslas menjalankan perintah itu. Namun Allah menggantinya dengan hewan sesembelihan yang besar. Peristiwa yang agung ini telah diabadikan dalam Al Qur’an surat Al Shaffat ayat 102-109. Terjemahannya sebagai berikut :

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.

103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).

104. dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,

105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].

108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian,

109. (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.

[1284] Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.

[1285] Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.


Mudah – mudahan momen berqurban ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan umat muslim, tetapi mampu untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimamanan, serta meningkatkan jiwa sosial untuk menolong sesama umat manusia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar